twitter Bird

Sabtu, 14 Desember 2013

Aku, melodi, dan perih.

Saat dingin menusuk, perih,  aku sendiri.
Lama aku disini untuk bertahan, aku berjuang, aku sendiri. 

Lalu aku mencoba untuk bangkit dan meninggalkannya.

Aku berusaha mendaki puncak untuk mencapai ketenangan  bersama melodi dan meninggalkan segala kepedihan. 

Di ujung lelah, aku mencoba untuk tidak melihat kebawah, aku takut akan kedalaman rasa perih menelan ku kembali, dan kulanjutkan untuk terus mendaki. 

Aku berhasil menuju puncak, aku menemukan ketentraman bersama melodi. 

Sekuat apapun perih mencoba memanggil untukku menoleh. Aku tidak goyah, aku sudah kebal olehnya. 


Aku menikmati ketentraman bersama melodi di puncak yang aku susah payah daki . 

Tapi,aku merasa hampah. Aku masih sendiri.

Aku memohon kepada tuhan, untuk menunjukkan kemana aku agar aku tak lagi sendiri. 

Dan saat itu pula, lewat melodi tuhan menunjukkannya. Aku mempercayai melodi, kemudian aku mengikuti arah dimana melodi menempatkan perasaanku. 

Aku terpaku, dan tak bisa melakukan apa-apa. Karena ternyata melodi mempertemukanku kembali bersama perih. 

Aku mencoba berlari meninggalkannya, tetapi melodi memaksaku untuk diam ditempat, dan disinilah Aku kembali , melodi berkhianat. dingin dan perih yang menusuk kembali terasa. 

Balqis Nurul Huda.
Makassar, 14 Desember 2013.
11:11 PM